Memasuki era kenormalan baru alias new normal, PT Pegadaian berniat mengeluarkan Empat produk anyar yang didukung oleh sistem digitalisasi dengan memanfaatkan teknologi.
Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto mengungkapkan, perusahaan akan mengembangkan model bisnis dan konsep layanan yang meminimalisir kontak antara karyawan dengan nasabah melalui pemanfaatan teknologi.
“Pertama, produk Gold Card yakni kartu kredit ke nasabah berdasarkan tabungan emas yang dimiliki. Jadi bisa untuk belanja nantinya, karena jaminannya tabungan emas. Ini masih piloting, mudah-mudahan sudah bisa segera kami luncurkan,” jelas Kuswiyoto, Rabu (29/7).
Kedua, Kuswiyoto menyatakan, bahwa Pegadaian tengah menyiapkan transaksi gadai dropbox. Lewat layanan ini, nasabah hanya perlu letakkan barang gadai di dropbox, lalu akan ditaksir jumlahnya.
“Kalau oke kami bayarkan jumlah pinjamannya ke rekening masing-masing. Tidak perlu khawatir barangnya ketuker,” sambungnya.
Lanjut ketiga, Pegadaian juga mengarap bisnis digital lending dengan dua skema. Skema indirect digital lending di mana perusahaan menyalurkan kredit modal kerja yang bekerja sama dengan fintech peer to peer lending yang sudah ada.
Adapun, skema direct lending, Pegadaian akan menyalurkan kredit modal produktif dengan sistem fidusia dan jaminan invoice melalui platform internal.
Sementara yang Keempat, menerapkan bisnis high touch to high tech. Pegadaian bekerja sama dengan Dukcapil. Hal ini memungkinkan untuk pembukaan rekening melalui e-KYC. Juga survey awal usaha nasabah secara online serta analisis menggunakan big data dan credit scoring.
“Pengajuan gadai dan pengembalian agunan dengan konsep on demand. Menggadaikan barang sekarang bisa di pick-up dengan ojek online Gojek, nanti Grab juga akan kerja sama. Jadi masyarakat yang tidak punya waktu bisa lakukan ini,” terang Kuswiyoto.
Sementara menurut Direktur Teknologi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono, Pegadaian sendiri telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) teknologi informasi senilai Rp 320 miliar sepanjang 2020.
“Kami akan menggunakan teknologi terakhir supaya kita tetap eksis dan bisa bersaing dengan pesaing. Tidak bisa dipisahkan antara capex dengan opex (operational expenditure) dengan total sekitar Rp 640 miliar. Tahun ini rencananya capex sekitar Rp 320 miliar,” ujarnya.
Teguh bilang, dana itu akan digunakan untuk infrastruktur IT utamanya untuk mengembangkan berbagai server. Lalu mengembangkan aplikasi Gadai Digital. Hal ini juga meningkatkan keamanan pada semua proses digitalisasi maupun produk digital perseroan.
“Keamanan sangat penting, kalau dulu IT hanya untuk mendukung bisnis. Sekarang IT menjadi proses transaksi sehingga harus yakin benar-benar aman. Dana itu juga untuk pengembangan network untuk modernisasi IT di cabang dan pusat,” tambahnya.
Sumber Kontan